Katakita – Akibat tidak adanya pasokan air yang mengaliri area pesawahan mengakibatkan sawah mereka mengalami kekeringan dan retak-rerak, sejumlah petani di Kampung Cinangga Lebak, Desa Bayah Timur, Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak, yang memiliki lahan sawah di blok Tangkele, Desa Pamubulan, mencabut tanaman padi yang baru saja tanam di sawahnya.
Usai mencabutnya, para petani lalu membakar tanaman padi tersebut.
Salah seorang petaqni petani, Sardan mengatakan, aksi cabut dan bakar tanaman padi ini dilakukan petani, sebagai bentuk protes dan kekecewaan mereka kepada perusahaan PT. Cemindo Gemilang, yang diduga menjadi penyebab hilangnya pasokan air akibat mata air yang telah rusak.
Baca juga:
- KPU Kabupaten Serang Tetapkan 1.225.871 DPT Pilkada 2024
- Jelang Pengundian Nomor Urut, KPU Kabupaten Serang Gelar Rakor
- Tingkatkan Kualitas SDM, KPID Banten Gelar Workshop
- Kebakaran Hebat di Malingping, Hanguskan Ponpes dan Rumah
- Datang ke Pandeglang, Kaesang Kenalkan Dewi-Iing ke Warga Koroncong
“Sebelum ada tambang milik perusahaan, dalam setahun kami bisa dua kali panen. Sekarang, setelah gunung yang ada di atas kami dijadikan tambang oleh pabrik semen, pasokan air sudah tidak ada,” ujar Sardan.
Sardan menjelaskan, sebelum ada tambang batu milik perusahaan, selokan yang ada di sekitar sawah selalu teraliri air. Namun kini, selokan itu sudah tidak ada air sama sekali karena hutan yang ada di gunung sudah rusak.
“Kalau dulu meski pun musim kemarau, di selokan masih ada air Pak. Sekarang, meski musim hujan, tidak ada air sama sekali di selokan,” keluhnya.
Selain Sardan, Endi petani yang memiliki sawah di wilayah tersebut akhirnya mencabut paksa tanaman padi yang belum lama ditanam kemudian membakarnya.
“Percuma Pak dilanjutkan ditanam juga, karena inimah pasti gagal panen juga koq. Ini udah yang kesekian kalinya terjadi. Kami bingung mau protes kemana, ke perusahaan juga kayaknya percuma,” ujar Endi. (Snd)***