PANDEGLANG – Dituding menjadi penyebab banjir ratusan warga Citeureup, Kecamatan Panimbang, Kabupaten Pandeglang mendatangi proyek PT. Jaya Hunian Lestari (JHL), Senin (15/8/2022).
Kedatangan warga ke proyek tersebut sebagai bentuk upaya dalam menyampaikan aspirasi dan kekesalan karena sudah kedua kalinya banjir merendam pemukiman yang berada di dekat lokasi proyek tersebut.
“Kami meminta tanggungjawab dan komitmen PT JHL untuk menyelesaikan persoalan banjir. Karena semenjak ada PT JHL kami sering mengalami banjir dari Januari-Agustus 2022 ada 5 kali banjir, dulu sebelum ada JHL paling dalam setahun cuma 1 kali,” ungkap Koorlap Aksi, Awang Gustiawan saat orasi.
Tidak hanya menuntut agar memberikan tanggung jawab mengenai persolaan banjir, masyarakat juga membeberkan beberapa tuntutan yang masih menjadi polemik.
Seperti halnya, menuntut PT JHL terbuka dalam rancangan rencana kerja, menuntut PT JHL melibatkan masyarakat dalam penyusunan UKL, UPL dan Amdal, menuntut agar PT JHL memperhatikan kesehatan dan keselamatan kerja serta memasang rambu-rambu, menuntut PT JHL menyerap tenaga kerja lokal sebanyak 70 persen.
Awang memaparkan, penggundulan hutan di proyek perkebunan vanili tersebut menjadi salah satu faktor penyebab banjir sering terjadi di Desa Citeureup. Sebab ketika hutan dibabat habis, daya resapan air minim.
“Di bawah irigasi kecil, belum lagi ada pendangkalan sungai, sehingga ketika turun hujan air tidak tertampung dengan baik dan langsung masuk ke pemukiman warga. Ini perlu ada solusi, harus diatasi segera,” katanya.
Baca Juga :
- Sah! Andra-Dimyati Resmi Ditetapkan Jadi Gubernur dan Wagub Terpilih Banten
- Puskesmas Picung Periksa Kesehatan Calon Jemaah Haji
- Pemkab Serang Masih Kaji Program Makan Gratis
- KIP Banten Pastikan Tak Ada Hutang Sengketa Informasi di Tahun 2024
- Debit Air Makin Berkurang, Perumdam Tirta Berkah Pandeglang Butuh Sumber Baru
Orator aksi lainnya, Engkos Kosasih mendesak PT JHL agar membuat perjanjian komitmen penyelesaian persoalan yang terjadi. Apabila PT JHL tidak menyelesaikan persoalan tersebut warga mengancam menyegel proyek JHL.
“Apabila tuntutan masyarakat tidak teralisasi, keselamatan warga diabaikan, maka hanya ada satu kata, lawan. Kita segel proyek PT JHL apabila masih diabaikan tuntutan kita,” katanya.
Warga juga mengancam tidak akan bubar dari lokasi aksi apabila PT JHL tidak segera menandatangani perjanjian komitmen.
“Jika PT JHL tidak mau membuat komitmen dengan kami, kita tidak boleh bubar. Kita harus berjuang untuk menyelesaikan masalah ini,” katanya.
Setelah aksi kurang lebih sekitar satu jam, perwakilan PT JHL yang diwakili oleh staf PT JHL dan dari konsultan pengawas PT JKS Toman, akhirnya mau menandatangani perjanjian komitmen tersebut.
“kita akan selesaikan persoalan banjir ini, ayo kita bersama-sama untuk turun ke lapangan,” singkat staf PT JHL, Azis.
Tuntutan warga tersebut dituangkan dalam perjanjian komitmen kemudian ditandatangani oleh PT JHL, Forum Pemuda Citeureup, Tokoh Maysarkat dan Kepala Desa Citeureup. (Syamsul)