Katakita – Inspektorat Kabupaten Pandeglang mengaku bakal segera merampungkan pemeriksaan terkait kasus dugaan pemotongan dana bantuan operasional (BOP) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) tahun 2021.
Inspektur Pembantu (Irban) I Inspektorat Kabupaten Pandeglang, Gunara Drajat mengaku untuk bisa menuntaskan kasus penyunatan BOP pihaknya hanya tinggal memanggil sebanyak lima orang.
“Sudah hampir rampung, tinggal tahap akhir pemeriksaan. Mungkin tinggal beberapa orang lagi yang akan kita mintai keterangan, lima orang lagi sisanya (yang diperiksa-red),” kata Gunara, Rabu (2/2/2022).
Yang mana, buntut dari dugaan pemotongan BOP PAUD pihaknya sudah memeriksa sebanyak 60 orang untuk dimintai keterangan perihal kasus tersebut. Di antaranya pejabat penilik atau pengawas PAUD, koordinator kecamatan (Korcam-red) PAUD dan kepala sekolah PAUD di Pandeglang.
“Sudah 60 orang yang kita periksa, masih didalami keterangannya,” ucpanya.
Akan tetapi, pihaknya enggan membeberkan detail pemeriksaan itu kepada wartawan. Bahkan, saat ditanya mengenai hasil pemeriksaan ini bakal direkomendasikan ke aparat penegak hukum (APH), ia mengaku Inspektorat hanya fokus terhadap pelanggaran kode etik yang diduga telah dilakukan oknum Aparatur Sipil Negara (ASN) dalam kasus tersebut.
“Kalau kami sementara ini lebih terfokus pada unsur dugaan pelanggaran kode etik atau disiplin pegawainya dulu. Hal-hal lainnya nanti menyesuaikan dengan perkembangan pemeriksaan,” pungkasnya.
Sebelumnya diketahui, kasus dugaan pemotongan dana BOP PAUD di Pandeglang, Banten mulai menemui sejumlah fakta baru. Salah satunya, modus untuk memotong dana bantuan tersebut yang dialihkan untuk pembelian buku ternyata harganya berbanding jauh dengan harga yang berada di pasaran.
Pengakuan itu disampaikan oleh seorang pengelola PAUD di Pandeglang Ratu Sopiatul Rohmah di hadapan anggota Komisi IV DPRD, Rabu (26/1) lalu. Ratu menyatakan, lembaganya diarahkan oleh seorang oknum ASN berinisial M agar membeli buku dengan harga satuan Rp 13 ribu. Namun setelah ia telusuri, harga buku tersebut hanya senilai Rp 3 ribu.
“Harganya enggak sesuai pasaran, pak, pokonya enggak sesuai dengan yang kita beli, perbedaannya jauh banget. Saya kalau biasa beli di penerbit di luar itu paling satu bukunya Rp 3 ribu, kalau yang ini harganya Rp 13 ribu satunya,” katanya. (Syamsul)