Katakita.co – Pesatnya kemajuan teknologi di tanah air mulai mengikis beberapa tenaga kerja yang belum siap menghadapi transformasi digital saat ini.
Namun, hal itu merupakan konsekuensi yang mesti diterima. Seperti hal nya transformasi digital yang kini sudah mulai mengikis beberapa perusahaan media.
Di berbagai negara, perusahaan surat kabar berada dalam kondisi yang sangat buruk sehingga menimbulkan kenangkrutan. Rasionalisasi tenaga kerja yang menghancurkan dan konversi struktural dari surat kabar berkualitas berbayar menjadi harian gratis telah dilakukan sebagai solusi untuk bertahan.
Bahkan, dengan kian pesat nya teknologi saat ini, tidak sedikit politisi yang mimilih media sosial untuk dijadikan sebagai alat mempromosikan diri atau partainya.
Secara khusus, artikel ini membahas penggunaan Instagram para politisi, bagaimana politisi dan partainya menyampaikan citra tertentu kepada pemilih dalam sebuah konteks kampanye permanen.
Analisis melalui feed Instagram yang berfokus pada berbagai elemen, termasuk bagaimana politisi membingkai gaya pemerintahannya secara visual, bagaimana kehidupan pribadi digunakan di Instagram untuk mendukung nilai dan gagasan Partainya, dan bagaimana budaya selebritas digunakan untuk membahas isu-isu kebijakan seperti lingkungan, pemuda, dan teknologi.
Artikel ini membahas satu dari 10 dasar komunikasi visual kontemporer oleh Schill (2012) yaitu pembuatan citra.
Citra dapat memainkan peran penting ketika masyarakat sedang mengevaluasi politisi. Secara khusus, pemilih mencari kualitas tertentu pada pemimpin politik, termasuk kejujuran, kecerdasan, keramahan, ketulusan, dan kepercayaan saat membuat keputusan pemilu.
Teknik manajemen citra dapat membantu menciptakan kesan bahwa para politisi memiliki kualitas-kualitas ini. Kepala pemerintahan yang menggunakan media sosial untuk menarik perhatian melalui gambar atau vidio yang berdampak hampir setiap hari sepertinya merupakan norma baru.
Secara khusus, artikel ini membongkar cara dan sejauh mana politisi memanfaatkan sifat struktural dan fungsional Instagram yang berbeda untuk terlibat dalam praktik pembuatan citra yang menekankan bentuk komunikasi yang lebih konvensional tentang masalah politik dan kebijakan serta pola personalisasi dan selebritis melalui fokus pada kehidupan pribadinya.
Pada umumnya masyarakat tidak mengalami pertemuan secara langsung dengan politisi, mereka mengandalkan media untuk mempelajari tentang pejabat terpilih dan calon pejabat publik mereka.
Salah satu sarana utama warga negara belajar tentang para pemimpin tersebut adalah melalui foto. karena foto visual dapat membangun citra politik. Menurut psikolog politik Drew Westen (2007), visual adalah elemen kunci dari “daya tarik untuk dijual” dari seorang kandidat atau “perasaan pemilih ketika mereka ‘tergerak’ oleh seorang kandidat beberapa kali di televisi dan membentuk kesan emosional’.
Foto-foto yang menarik untuk dijual ini memberikan isyarat heuristik mengenai latar belakang, kepribadian, dan sikap kandidat dan secara langsung membentuk citra kandidat.
Penelitian Grabe dan Bucy (2009) menyatakan politisi dapat membangun citra “kasih sayang” dengan tampil bersama anak-anak, anggota keluarga, pendukung yang mengagumi, atau simbol agama atau mereka dapat mengomunikasikan “kebiasaan” dengan tampil dalam pakaian santai atau atletis, menghubungkan diri mereka dengan rakyat biasa dengan mengunjungi komunitas yang kurang beruntung, atau menggambarkan diri mereka berpartisipasi dalam aktivitas fisik seperti memotong kayu atau membersihkan kebun.
Penelitian lain telah mendokumentasikan bahwa bagaimana foto diambil dan dibingkai juga dapat mempengaruhi persepsi foto. Dalam satu percobaan terkontrol, misalnya, masyarakat menilai mereka yang difoto dari sudut rendah lebih aktif dan kuat daripada yang difoto langsung. Komponen foto seperti pemilihan, pencahayaan, kedekatan, dan latar juga dapat berfungsi sebagai indikator bagi penontonnya.
Penelitian Graber (1996) merangkum beberapa makna yang dikomunikasikan oleh visual.
Saat difoto dari sudut rendah, orang dinilai lebih tinggi dan lebih berkuasa daripada saat kamera mengarah dari atas. Orang cenderung dinilai lebih baik saat mereka difoto dalam keadaan bergerak daripada dalam posisi diam. Semakin dekat kamera, semakin banyak orang menyukai apa yang dikatakan kandidat. Close-up juga membuat orang tampak lebih ramah dan mudah didekati.
Gerakan tangan yang kuat saat berpidato memberikan kesan kekuatan dan semangat. Latar belakang kandidat, termasuk warna dan pencahayaan, juga mengubah citra dan suasana hati yang disampaikan.
Karena, simbol visual sangat penting dalam membentuk citra politisi, kandidat dan penasehatnya mempertimbangkan bagaimana menggunakan foto tersebut untuk mengomunikasikan citra yang diinginkan.
Orang yang membuat citra politisi bekerja dengan konsep-konsep seperti karismatik, tampan, awet muda dan sebagainya. (*)
Oleh : Fauzan Ramadan
Mahasiswa Program Pasca Sarjana Ilmu Komunikasi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa