Katakita – Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) merilis penyebab terjadinya gempa di laut pada perairan selatan Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten dengan magnitudo 6,7 sekala richter pada, Jumat (14/1/2022) kemarin, hal itu dikarenakan morfologi daerah terlanda guncangan gempa bumi merupakan dataran dan perbukitan bergelombang hingga terjal.
Dikutif dari website resmi vsi.esdm.go.id, Daerah tersebut tersusun oleh batuan berumur tersier berupa batuan sedimen dan endapan kuarter berupa endapan aluvial pantai, aluvial sungai dan batuan rombakan gunungapi muda.
Baca Juga :
- JK Jual Sapi Bantuan Dari Kementrian
- Kembangkan Aplikasi Pengaduan Jalan dan Jembatan, DPUPR Banten : Meningkatkan Pelayanan Kepada Masyarakat
- Debat Terakhir di Pilkada Kota Serang Ricuh
- Empat Sekdes Yang Dilaporkan ke Bawaslu Tercatat Sebagai Penyelenggara Pilkada
- Warga Binaan di Lapas Kelas IIA Serang Bertani
Sebagian batuan berumur tersier tersebut telah mengalami pelapukan. Endapan kuarter dan batuan berumur yersier yang telah mengalami pelapukan pada umumnya bersifat urai, lunak, lepas, belum kompak (unconsolidated-red) dan memperkuat efek guncangan, sehingga rawan gempa bumi.
Berdasarkan posisi lokasi pusat gempa bumi, kedalaman dan data mekanisme sumber (focal mechanism-red) dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), USGS Amerika Serikat dan GFZ Jerman, maka kejadian gempa bumi tersebut diakibatkan oleh aktivitas zona penunjaman lempeng dengan mekanisme sesar naik yang berarah relatif barat barat laut – timur tenggara.
Zona penunjaman tersebut terbentuk akibat tumbukan antara lempeng benua Eurasia dan lempeng Samudera Indo-Australia sekitar zaman kapur (sekitar 66 juta tahun yang lalu-red) dan masih aktif hingga kini.
Kejadian gempa bumi ini diperkirakan bersumber dari zona interface yang terjadi pada bidang gesek bagian atas antara kedua lempeng tersebut.
Sumber : PVMBG